2009-03-10

Di buku World is Flat karangan Thomas Friedman, diceritakan bagaimana sebuah Call Centre di Bangalore India yang karyawannya juga orang-orang India, mampu menyapa dan menjawab pertanyaan pelanggan-pelanggan dari seluruh penjuru bumi dengan beragam aksen. Mulai dari Amerika, Kanada, Inggris dan lain sebagainya. Dan asal tahu saja, mereka dilatih untuk itu. Ada kursusnya, lho.Nah, saat seorang pelanggan dari Amerika penasaran bertanya, "Sebenarnya, di mana sih posisi Anda?" maka staf Call Centre dengan polos menyahut, "India." Lucunya, si pelanggan malah menganggap itu bukan negara India, melainkan Indiana, salah satu negara bagian di Amerika. Yah, lantaran cara bicara staf Call Centre tersebut begitu meng-Amerika. Demikianlah, dunia tidak lagi mengenal batas. Dunia ini rata (World is Flat), istilah Thomas Friedman.Setiba di Hong Kong, hawa dingin langsung menyergap saya. Tanpa membuang-buang waktu, saya pun berangkat menuju Holiday Inn -tepatnya di Nathan Road, Kowloon (mirip-mirip Orchard Road-nya Singapura). Ketika masuk kamar hotel, saya sempat melirik TV. Lagi-lagi saya disapa -kendati tidak secara langsung. Nama lengkap saya tertera di layar TV. Dan tiada salah satu huruf pun. Istimewa? Ya, iyalah. Di Indonesia, betapa sering nama saya salah eja di voucher hotel, tiket pesawat, surat penawaran, dan lain-lain. Terus-terang saja, pernah nama saya diketik ngawur di kartu ucapan selamat datang di sebuah hotel di Surabaya. Padahal hotel itu menyandang predikat bintang lima. Kontan saja saya ngomel dan ngedumel kepada manajernya, "Daripada ngaco begini, mendingan tidak usah menyapa sama sekali." Mungkin Andrie Wongso dan timnya adalah salah satu pengecualian. Kebetulan, saya dikirimi buku terbarunya 18 Wisdom & Success. Yang luar biasanya, nama saya tercetak customized di sampul depannya, "Special to Ippho Santosa."Pahamilah bahwa seseorang dengan nama amat buruk seperti 'Semprul' atau ‘Kupret' sekalipun, tetap saja tidak ingin namanya salah eja. Apalagi saya! Anda juga 'kan? Kesimpulannya, sapaan itu krusial. Namun bukan sembarang sapaan. Selain penuh hospitality dan customization, sapaan juga harus mematuhi ketepatan nama. Pokoknya, error-free setiap hurufnya. Harus itu!Ippho Santosa adalah mantan marketer di dalam dan luar negeri, produser Andalus, penulis bestseller 10 Jurus Terlarang. Buku-bukunya (salah satunya ditulis bersama Tantowi Yahya) direkomendasikan oleh pakar-pakar bisnis dari Amerika, Singapura, dan Malaysia.Di buku World is Flat karangan Thomas Friedman, diceritakan bagaimana sebuah Call Centre di Bangalore India yang karyawannya juga orang-orang India, mampu menyapa dan menjawab pertanyaan pelanggan-pelanggan dari seluruh penjuru bumi dengan beragam aksen. Mulai dari Amerika, Kanada, Inggris dan lain sebagainya. Dan asal tahu saja, mereka dilatih untuk itu. Ada kursusnya, lho.Nah, saat seorang pelanggan dari Amerika penasaran bertanya, "Sebenarnya, di mana sih posisi Anda?" maka staf Call Centre dengan polos menyahut, "India." Lucunya, si pelanggan malah menganggap itu bukan negara India, melainkan Indiana, salah satu negara bagian di Amerika. Yah, lantaran cara bicara staf Call Centre tersebut begitu meng-Amerika. Demikianlah, dunia tidak lagi mengenal batas. Dunia ini rata (World is Flat), istilah Thomas Friedman.Setiba di Hong Kong, hawa dingin langsung menyergap saya. Tanpa membuang-buang waktu, saya pun berangkat menuju Holiday Inn -tepatnya di Nathan Road, Kowloon (mirip-mirip Orchard Road-nya Singapura). Ketika masuk kamar hotel, saya sempat melirik TV. Lagi-lagi saya disapa -kendati tidak secara langsung. Nama lengkap saya tertera di layar TV. Dan tiada salah satu huruf pun. Istimewa? Ya, iyalah. Di Indonesia, betapa sering nama saya salah eja di voucher hotel, tiket pesawat, surat penawaran, dan lain-lain. Terus-terang saja, pernah nama saya diketik ngawur di kartu ucapan selamat datang di sebuah hotel di Surabaya. Padahal hotel itu menyandang predikat bintang lima. Kontan saja saya ngomel dan ngedumel kepada manajernya, "Daripada ngaco begini, mendingan tidak usah menyapa sama sekali." Mungkin Andrie Wongso dan timnya adalah salah satu pengecualian. Kebetulan, saya dikirimi buku terbarunya 18 Wisdom & Success. Yang luar biasanya, nama saya tercetak customized di sampul depannya, "Special to Ippho Santosa."Pahamilah bahwa seseorang dengan nama amat buruk seperti 'Semprul' atau ‘Kupret' sekalipun, tetap saja tidak ingin namanya salah eja. Apalagi saya! Anda juga 'kan? Kesimpulannya, sapaan itu krusial. Namun bukan sembarang sapaan. Selain penuh hospitality dan customization, sapaan juga harus mematuhi ketepatan nama. Pokoknya, error-free setiap hurufnya. Harus itu!Ippho Santosa adalah mantan marketer di dalam dan luar negeri, produser Andalus, penulis bestseller 10 Jurus Terlarang. Buku-bukunya (salah satunya ditulis bersama Tantowi Yahya) direkomendasikan oleh pakar-pakar bisnis dari Amerika, Singapura, dan Malaysia.

Tidak ada komentar:

 
blogger template by arcane palette